Mikotoksin juga butuh perhatian
Kalau kamu laki-laki atau wanita dewasa dan sampai saat ini masih
“Jomblo”…. Merasa kesepian dan butuh perhatian…
Iya… Kamu
Tenang gak usah sedih, kamu tidak sendiri kok… he..he..he
Tapi kita gak bahas itu disini kok…
Menghadapi era perdagangan
global, industri pangan dituntut untuk lebih meningkatkan daya saing produknya
melalui pemenuhan persyaratan mutu dan keamanan pangan. Salah satu konsep dan
strategi untuk menjamin keamanan pangan dan mutu pangan yang efektif dan diakui
secara internasional adalah penerapan Sistem HACCP.
Dalam Sistem HACCP bahan/material yang dapat membahayakan
keselamatan manusia atau merugikan diidentifikasi dan dikendalikan.
Identifikasi dan pengendalian bahaya dilakukan dimana kemungkinan besar
kontaminasi/pencemaran atau kerusakan produk makanan itu terjadi mulai dari
penyediaan bahan baku, selama tahapan proses pengolahan bahan sampai distribusi
dan penggunaannya.
Salah satu bahaya potensial yang
ada pada material produk pangan yang penting untuk kita identifikasi dan
kendalikan tetapi terkadang luput dari perhatian kita adalah Mikotoksin. Mikotoksin adalah toksin yang dihasilkan sebagai
metabolit sekunder oleh kapang toksigenik yang tumbuh pada pangan baik selama
di ladang mau pun selama penyimpanan. Mikotoksin dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian pada manusia, hewan, tumbuhan maupun
mikroorganisme lain.
Berikut ini adalah beberapa
jenis mikotoksin beserta komoditas yang umumnya terkontaminasi serta efeknya
terhadap kesehatan :
1. Aflatoksin
Senyawa aflatoksin dihasilkan oleh Aspergillus
flavus dan juga A.
parasiticus.
Kedua kapang tersebut hidup optimal pada suhu
36-38 °C dan menghasilkan toksin secara maksimum pada suhu 25-27 °C.
Pertumbuhan kapang penghasil aflatoksin biasanya dipicu oleh humiditas/kelembaban sebesar 85%. Untuk menghindari kontaminasi aflatoksin, biji-bijian harus disimpan dalam
kondisi kering, bebas dari kerusakan, dan bebas hama. Aflatoksin dapat dijumpai pada berbagai bahan
pangan antaralain jenis serealia (jagung, sorgum, beras, gandum), rempah-rempah
(lada, jahe, kunyit), kacang-kacangan dan susu.
Aflatoksin dapat dibedakan menjadi enam jenis
toksin berdasarkan sifat fluoresensinya terhadap sinar ultraviolet dan sifat
kromatografinya. Aflatoksin B1 dan B2 menghasilkan fluoresensi biru, sedangkan
jenis G1 dan G2 menghasilkan fluoresensi hijau.
Terdapat pula jenis aflatoksin M1 dan M2 yang
umumnya terkontaminasi pada susu ternak yang pakannya terkontaminasi oleh
aflatoksin.
2. Deoxynivalenol (DON)
Deoxynivalenol umumnya terdapat pada komoditas
jagung, gandum dan barley. Mikotoksin ini dihasilkan oleh jenis kapang Fusarium graminearum, Fusarium
crookwllense serta Fusarium culmorum. Sifat toksiknya dapat menyerang manusia
dan menghasilkan efek imunotoksik yaitu kegagalan fungsi dari sistim imunitas.
3. Fumosinin (B1)
Fumonisin ditemukan pada Fusarium verticilloides dan F.
proliferatum yang sering mengontaminasi jagung. Toksin jenis ini stabil dan tahan pada
berbagai proses pengolahan jagung sehingga dapat menyebabkan
penyebaran toksin pada dedak, kecambah,
dan tepung jagung. Konsentrasi fumonisin dapat menurun dalam proses pembuatan pati jagung dengan penggilingan basah karena
senyawa ini bersifat larut air. Sifat toksiknya dapat menimbulkan gejala kanker
akut serta eucoencephalomalacia (ELEM) yaitu kondisi fatal terjadinya kerusakan
pembuluh saraf serta munculnya kanker pada tenggorokan
4. Ocratoksin
Ochratoxin
dihasilkan oleh kapang dari genus Aspergillus, Fusarium,
and Penicillium dan banyak terdapat di berbagai macam makanan,
mulai dari serealia, babi, ayam, kopi, bir, wine, jus anggur, dan susu. Secara umum, terdapat tiga macam ochratoxin
yang disebut ochratoxin A, B, dan C, namun yang paling banyak dipelajari
adalah ochratoxin A karena bersifat paling toksik di antara yang
lainnya. Pada suatu penelitian menggunakan tikus dan mencit, diketahui bahwa ochratoxin
A dapat ditransfer ke individu yang baru lahir melalui plasenta
dan air susu
induknya. Pada anak-anak (terutama di Eropa), kandungan ochratoxin A di
dalam tubuhnya relatif lebih besar karena konsumsi susu dalam jumlah yang
besar. Sifat toksiknya dapat memicu tumbuhnya sel kanker.
5. Patulin
Patulin dihasilkan oleh Penicillium, Aspergillus dan Byssochlamys. Toksin ini dapat mengkontaminasi buah,
sayuran, sereal. Untuk menyingkirkan patulin dari jaringan-jaringan tumbuhan
diperlukan perlakuan tertentu. Contohnya adalah pencucian apel dengan cairan ozon untuk mengontrol pencemaran patulin. Selain
itu, fermentasi alkohol
dari jus buah diketahui dapat memusnahkan patulin. Pengaruh yang ditimbulkan
oleh senyawa patulin terhadap manusia adalah menyebabkan kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh serta jaringan saraf.
6. Ergot Alkaloid
Ergot alkaloid diproduksi oleh berbagai jenis kapang, namun
yang utama adalah golongan Clavicipitaceae. Kapang
ini dapat tumbuh pada hasil pertanian seperti serealia. Pembersihan serealia
secara mekanis tidak sepenuhnya memberikan proteksi terhadap kontaminasi
senyawa ini karena beberapa jenis gandum masih terserang ergot
dikarenakan varietas benih yang digunakan tidak resiten terhadap Claviceps
purpurea. Kontaminasi senyawa ini
pada makanan dapat menyebabkan epidemik keracunan ergot (ergotisme) yang dapat ditemui dalam dua bentuk, yaitu
bentuk gangren (gangrenous) dan kejang (convulsive). Pada hewan
ternak, ergot alkoloid dapat menyebabkan tall fescue toxicosis yang ditandai dengan penurunan produksi susu, kehilangan bobot tubuh, dan fertilitas
menurun.
7. Zearalenone
Zearalenone
adalah senyawa estrogenik yang dihasilkan oleh kapang dari genus Fusarium
seperti F.
graminearum dan F. culmorum dan banyak mengkontaminasi nasi jagung, namun
juga dapat ditemukan pada serelia dan produk tumbuhan. Senyawa toksin ini stabil
pada proses penggilingan, penyimpanan, dan pemasakan makanan serta tahan
terhadap degradasi akibat suhu tinggi. Pengaruh yang ditimbulkan toksin ini
dalam menyebabkan penyakit pada manusia adalah berkompetisi untuk mengikat
reseptor estrogen
Pada industri pertanian, penanganan kontaminan mikotoksin perlu dilakukan sejak tahap budidaya sampai dengan pascapananen, karena beberapa jenis kapang sudah mulai menginfeksi ketika tanaman sedang dalam masa pertumbuhan. Penanganan pascapanen merupakan tahapan penting terjadinya kontaminan mikotoksin, dimana tahapan proses yang menjadi titik kritis adalah saat pemanenan, sortasi, pengeringan, sortasi mutu serta penyimpanan.
Dari uraian diatas
dapat diketahui bahwa bahaya yang dapat diakibatkan oleh Mikotoksin cukup
signifikan. Industri pangan yang menggunakan bahan/material hasil pertanian dan
peternakan yang memiliki potensi tinggi terkontaminasi mikotoksin perlu melakukan analisa
terhadap bahaya yang ditimbulkan dalam Sistem HACCP nya. Selama ini perhatian dan pengetahuan masyarakat serta industri
pangan dan pertanian mengenai kapang penghasil mikotoksin yang terdapat pada
bahan/material hasil pertanian dan peternakan masih terbatas.
Jika Anda tidak
menginginkan bahaya keamanan pangan produk Anda sampai ke konsumen, ingatlah “Mikotoksin juga butuh
perhatian”.
Tuh iya kan kamu
tidak sendiri kok mblo…